Aku Menikah Dengan Seorang Dokter Kandungan, Malam Pertama Tatapannya Sudah Membuatku Merinding, Kami pun Berpisa di Hari Ke-4!！Hanya Karna Hal Mengejutkan Ini..

Sebenarnya dia punyai tampang yang lumayan, tingginya juga oke. Karena saya juga sudah tiba di usia yang memanglah sudah waktunya menikah, di usiaku yang ke 29 ini saya mulai dijodohkan orang tuaku. Sampai saya bertemu dia, kami dengan cepat selekasnya jatuh cinta. Kami seumur, namun rekannya sedikit, apa lagi pekerjaannya juga amat berbeda, dia seorang dokter kandungan, jadi dia juga kesulitan dapatkan pasangan.

Terlebih dulu menikah kami juga sering chatting dan telepon, terkadang kami pergi makan atau lihat bioskop sepulang kerja. Walau dia orangnya sedikit ngomong, tetapi dia demikian perhatian dan saya demikian tersentuh olehnya, akupun jatuh cinta padanya.

Di hari pernikahan kami, semua orang menuturkan selamat dan mendoakan agar kami bahagia. Saya betul-betul merasa begitu mujur saat itu.


Tetapi malam itu, dia jadi berlaku demikian dingin padaku, walaupun sesungguhnya saya fikir awalannya hingga saat ini dia sekian perhatian, dia pastinya bakal demikian romantis. Saya bertanya padanya, tetapi dia cuma menjawab, " Saya capek, saya juga tak tertarik sama yang sekian, saya sering ketemu apabila kerja. " Saya kaget mendengar jawabannya, selanjutnya malam itu kita tidur semasing. Tahu Suaminya Selingkuh, Sang Istri Selekasnya Lakukan " Trik Jenius " Ini Hingga Suami Kapok! Semuanya Cowok Cewek Mesti Baca!

Sebelumnya tidur saya ajukan pertanyaan lagi, apabila gitu mengapa anda ingin merajut hubungan bahkan juga menikahiku? Dia dengan dingin menjawab, " Keluargaku menginginkan saya cepat-cepat menikah Hal semacam ini buat saya pusing dan stress. " Jadi tujuannya, saya cuma jadi orang yang penuhi hasrat orang tuanya saja?


Saya tidur dalam kondisi sedih serta geram dan tidak bisa apa-apa hari itu. Besok harinya, ia melihat tv sampai jam 12 malam, lantas naik ke atas ranjang untuk main handphonenya. Sedikitpun juga tidak bicara atau melihatku, hatiku juga sudah mati serta terang bila pria ini sedikitpun juga tidak mencintaiku. Saya sudah fikirkan banyak argumen untuk bercerai.

Saya tak sukai dia, saya tak sukai diriku sendiri kenapa ingin menikah dengannya sekian cepat. Saya betul-betul inginkan ribut dengannya hari itu, tetapi saya tau itu tak ada manfaatnya. Saya masih tetap benar-benar berharap dia bisa menyatakan cintanya sama saya.

Di hari ketiga, dia katakan menginginkan mengajakku bln. madu, tetapi saya tolak. Saya katakan kita sekalipun tak ada perasaan apa-apa, menginginkan bln. madu bagaimana? Tetapi ternyata dia berang dan pergi keluar kamar tidur di sofa. Karna tentang ini juga, mertuaku yang tinggal serumah dengan kami jadi ikut bingung, bahkan saya mendengar mertuaku menjelekkanku diluar kamar.

Malam itu saya telah tak tahan ribut dengannya, orang tuanya juga meskipun tidak menghindar kami. Saya membereskan barangku dan pulang kerumah, papanya menyuruhnya menghindarku, namun suamiku sedikitpun tidak bergerak. Sampai saya ingin keluar rumah, papanya baru menyuruhnya mengejarku.

Tetapi mamanya terutama berkata, " Buat apa dikejar, supaya saja dia pergi tak usa balik lagi. " Malam itu saya cuma bisa menangis sambil jalan pulang. Saya tak bawa dompet dan handphone. Saya betul-betul terasa semua dunia ini meninggalkanku bahkan juga saya kurang mencintai sendiri.

Di hari keempat, kami juga bercerai. Mulai sejak keluar dari rumahnya hari itu, saya sangat lega. Saya fikir, meskipun tak ada cowok yang cinta sama saya, saya bisa menyukai diriku sendiri.

Wanita, tidak butuh terburu-buru menikah, anda mesti yakinkan dia memanglah orang yang cocok. Wanita, tidak butuh menikah hanya untuk " menikah ", atau anda akan menyesal di saat datang.

Cuma kurun saat 3 bln., saya mendengar dia dijodohkan karenanya ada beberapa wanita lain, tetapi tidak ada yang cocok. Belakangan ini, dia bahkan mulai mendekatiku lagi dan mohon maaf. Dia membelikanku bunga dan hadiah, bahkan juga mengemukakan menginginkan rujuk kembali. Tetapi peluang ini saya dengan berani menolaknya, tetapi mamaku mengatakan apabila dia benar-benar beralih, sudah sepantasnya saya berikanlah dia satu kali lagi kesempatan, tetapi saya bagaimana menyetujui diriku kerjakan hal semacam tersebut? Apa saya memanglah harus berikan peluang lagi?